PENA SANG JAWARA
Blowing of the dew 
`
“Ijinkan aku ya ALLAH untuk melangkah kaki ku ini ke negri sebrang, ijinkan aku ya ALLAH menuntut ilmu di negri paman sam, ijinkan aku ya ALLAH menjadi mujahid mu,ijinkan aku ya ALLAH menghadiahkan sebuah kesuksesan yang tak ternilai harganya kepada ayah bunda . Aku telah banyak mengecewakan mereka, aku telah merusak mimpi ayah dan bundaku, hanya engkau ya ALLAH yang bisa membantuku, tunjukan aku jalanmu, berikan aku kesempatan untuk meraih pintu kesuksesan itu ya rabb,,teguhkan imanku,sempurnakanlah ibadahku, Aamiiiiin”.
            Mungkin ibadah ku selama ini kurang sempurna dimatamu, tapi aku akan berusaha mencoba memperbaiki ini semua menjadi lebih baik. Maafkan aku ya rabb mungkin aku terlalu angkuh, sombong, dan kurang bersyukur atas nikmatmu selama ini..
Akupun menangis terisak-isak diatas sajadah biruku ini, tanpa sadar aku tertidur, dan terbangun saat azan magrib berkumandang.


Dia tlah pergiii.......
tak mungkin kembali....
dia tlah pergiiii...pilukan hati
dia tlah pergi tak lagi di sisi
dia tlah pergiiiii..........
ke Nirwanaa.....
Birunya langit cinta hari ini, tirai hati ini kembali terbuka untuk kesekian kalinya. Kembali ku coba untuk menata ruang hati yang tak beraturan belakangan ini. huh..aku berhenti sejenak dari kesibukan duniawi ku ini. Belakangan ini aku merasa agak jauh darimu rabb, rutinitas perkuliahan yang begitu padat hampir saja membuat aku lalai akan wajihah ku sebagai hamba.
Aku merasa diri ini begitu asing, aku tak tahu dimana dey yang dulu yang begitu semangat menjalankan ibadah, yang tidak pernah meninggalkan dhuhanya kecuali disaat mamnu'.
Mmmm..ya,,, aku disini, terselimutkan oleh bayang-bayang semu yang menghantuiku, memporak-porandakan azzamku serta ikhtiarku.
Dia...
Virus itu, aku tidak ingin terjatuh didalamnya untuk kesekian kalinya. Meski ku tahu jiwa in rapuh, kemanapun aku berlabuh tak kuasa hati mendamba sosok yang ku cari. Sebagai seorang perempuan aku sadar ini merupakan fitrahku, menyukai lawan jenis. Tapi, ini belum saatnya, aku tak ingin jatuh cinta, karena ku tahu banyak yang jatuh karenanya, walau ada yang dapat bangkit kembali tidak sedikit yang terluka dengan sakit yang dimilikinya.
Tapi aku ingin membangun cinta, merajutnya kekal hingga akhir hayat dan kelak dalam mihrab cinta sang murabbi aku dipertemukan dengan imamku.
Senja ini, kabut menyelimuti gunung itu sementara sakit dan duka menyelimutiku saat ini.
Pagi yang sejuk di kuta raja membuat aku mengurungkan niat untuk bergegas menuju kampus mengikuti perkuliahan perdana up3ai. Dengan langkah santai aku mengambil ransel yang ada disudut kamar. Sebelum berangkat aku juga menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu padahal aku sadar bahwa aku sudah terlambat 5 menit untuk menghadiri kuliah umum itu. Tapi tidak ada rasa khawatir sedikitpun dalam benak ini. ''Mahasiswa baru sudah berani telat, apa kata dunia ntar, Oh,it's ok palingan mereka bakalan bilang wow gitu.haha =D '' (Gumamku dalam hati).
"Orang pandai dan beradab tidak akan diam dikampung halaman, tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akandapat pengganti dari kerbat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang (Imam syafi'i)". Tulisan di mading masjid ini membuat langkahku terhenti. Memang pada kenyataannya aku sekarang bukan berada di luarnegeri melainkan di bumi tanah rencong. 
Aku terus berjalan menelusuri lorong masjid setapak demi setapak. Yang ada dalam fikiranku sekarang memikirkan alasan kenapa aku datang terlambat. 
Singkat cerita hari berganti hari bulan berganti bulan akupun telah disibukkan dengan beragam aktifitas kampus yang begitu padat. Aku mulai bergabung diberbagai organisasi kampus. Tidak cukup puas dengan rutinitas di kampus akupun dengan begitu percaya diri mengajukan lamaran kerja disebuah tempat bimbingan belajar di kota ini. Awalnya aku agak ragu lolos ditahap wawancara tapi berkat doa dan kerja kerasku akhirnya aku juga diterima sebagai tentor di tempat BIMBEL ini.
Hampir seminggu aku mengajar di tempat BIMBEL ini, rasanya beban dan penat begitu banyak memikul pundakku. Kampusku juga ngak mau kalah, para dosen juga berlomba-lomba untuk memberikan tugas dengan deadline yang juga begitu singkat. Tapi aku tidak memikul beban ini sendiri guys, ada teman-teman kuliahku yang begitu peduli dan baik padaku. Kami sering mengerjakan tugas bersama walaupun aku sering absen kalau lagi kerja kelompok, ''maklum wanita karir'' begitu ujar mereka biasanya kepadaku sambil becanda :)
Malam itu, tepatnya pukul 23.26 wib aku menamatkan bacaan favoritku. Negeri 5 Menara. Aku belajar 1 hal malam ini, jangan pernah meremehkan impian, walaupun setinggi apapun itu. Allah sungguh maha mendengar dan dia tidak pernah tidur. ''Man jadda wajada" Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ''Mimpiku menginjakkan kaki ke negeri paman sam insyaallah akan terwujud, cayoo''. Ucapku semangat.
''Wahai subuh yang setia, engkau masa yang panjang umur, yang tidak akan pernah berhasil kami samai. Tuhan memberi kami umur yang didalamnya kami di tidurkan dan kami dibangunkan, untuk di indahkannya dengan kesehatan, kedamaian, kesejahteraan, dan peran yang memuliakan sesama. Jika kami patuh untuk sepenuhnya hidup dalam kebaikan menjadi pribadi yang berhati bening dan berperilaku indah. Tuhankunyang maha sejahtera, panjangkanlah umur ku dalam kebahagiaan dunia, dan ulurlah kebaikan ku sampai ke surga. Amiin.'' Itulah doaku pagi ini. Semoga saja tidak ada waktu yang terbuang sia-sia hari ini.

 ------------------------------(Buntu)

Hidup manusia seperti sebuah buku, sampul depan sebagai tanggal lahir. Sampul belakang sebagai tanggal pulang. Tiap lembarannya adalah hiudp kita, ada buku yang tebal da tipis. Hebatnya seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman berikutnya yang bersih, baru dan tidak cacat. Sama seperti hidup kita, seburuk apapun kemarin, Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk kita. Untuk melakukan sesuatu yang benar setiap hari. Untuk memperbaiki kesalahan untuk melanjutkan alur cerita yang sudah di tetapkannya. Catatan ini yang kulihat di dinding facebook nya.Siang ini aku melepas penat didepan pelataran gedung belakang kampus, sesekali aku melihat ke arah kebun. Terlihat si bapak dan asistennya yang sedang mengolah tanah, sibuk membersihkan pekarangan kebun yang sudah mulai berantakan dikarenakan ditinggal pekerjanya selama 1 bulan lebih. Selagi beristirahat akupun membaca catatannya yang ada di layar ponselku walau hanya melalui media maya. Inilah caraku untuk melepas rindu padanya. ''Astaghfirullah, setan apa yang merasukiku siang ini'' ucapku lirih sambil beranjak pergi. Tanpa sadar ternyata ada seseorang yang memperhatikanku dari tadi.

Aku Bicara Perihal Cinta

Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu,
dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu,
dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu,
kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu,
kalau kaututupi ketelanjanganmu,
dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu,
dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki,
pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
TUHAN ada di dalam hatiku,
tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab cinta,
pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
biarlah ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan,
dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
dan sebuah gita puji pada bibirmu.

to be continue...