Satu hal yang terlintas difikiranku saat ini. "Bukan perkara penting atau tidaknya. Jika ia menetap di pelukan yang lain, mungkin saja engkau hanyalah tempat bermainnya"

Sejatinya hal yang kualami sekarang sangat mengganggu rutinitasku, awalnya aku tak berharap banyak pada setiap perjumpaan, candaan dan gurauan di sela-sela pertemuan denganmu. Perlahan sesuatu yang disebut *rasa*  itu semakin menjadi-jadi merasuki seluruh urat nadi dan menjalar ke setiap sudut pikiran dan ruang hati.
Namun sepertinya kini satu per satu kembali dipulangkan entah dengan tangis atau seperangkat kecewa. Sudah saatnya kukebumikan kematian pena-pena rindu yang kian terbujur kaku, mengenai perihal perpisahan sepertinya kita tak perlu berlarut-larut saling menyesali. Perkara pekat pahitnya ampas kopi, biarlah ia menyelesaikan takdirnya sendiri. Buat apa kita memaksakan takdir yang tak seharusnya, jika bersyukur itu lebih indah untuk dimenangkan.
Satu pesan untuk dirimu wahai tuan
“Perkara apa-apa yang akan kau jemput, semoga kelak mampu kau rawat dan pertahankan ketika sudah diraih. Bukan sekadar dicicipi lalu dibuang’’.